Sindrom Gilbert, Penyakit Gangguan Hati Ringan
Sindrom Gilbert adalah gangguan hati ringan di mana hati tidak memproses zat yang disebut bilirubin dengan baik. Bilirubin diproduksi dari sel darah merah yang rusak.
Sindrom Gilbert disebabkan oleh mutasi gen yang diwariskan. Seseorang dapat mengidap sindrom ini sejak lahir namun baru diketahui bertahun-tahun kemudian.
Diagnosa sindrom Gilbert seringkali diketahui secara kebetulan, seperti ketika sedang melakukan tes darah kemudian pemeriksaan menunjukkan kadar bilirubin meningkat.
Sindrom Gilbert biasanya tidak memerlukan pengobatan dan tidak menimbulkan komplikasi serius. Sindrom Gilbert juga dikenal sebagai disfungsi hati konstitusional, bilirubinemia konjugasi jinak dan familial nonhemolytic jaundice.
Gejala
Penderita mungkin mengalami:
Sindrom Gilbert disebabkan oleh gen abnormal diwarisi dari orang tua yang berfungsi mengontrol enzim pemecah bilirubin dalam hati. Akibatnya, jumlah bilirubin meningkat dalam darah.
Bagaimana tubuh normalnya memproses bilirubin
Bilirubin merupakan pigmen kekuningan yang dibuat ketika tubuh dari sel darah merah rusak. Bilirubin berjalan melalui aliran darah ke dalam hati. Biasanya enzim dalam sel-sel hati memecah bilirubin dan melenyapkannya dari aliran darah.
Bilirubin lewat dari hati ke usus melalui empedu, kemudian diekskresikan dalam tinja. Sejumlah kecil bilirubin tetap berada dalam darah.
Perawatan dan obat-obatan
Sindrom Gilbert umumnya tidak memerlukan pengobatan. Tingkat bilirubin dalam darah dapat berfluktuasi dari waktu ke waktu dan mungkin sesekali mengalami sakit kuning. Tapi ini biasanya hilang dengan sendirinya dan tidak memerlukan pengobatan.
Sumber: mayoClinic
READ MORE
Sindrom Gilbert disebabkan oleh mutasi gen yang diwariskan. Seseorang dapat mengidap sindrom ini sejak lahir namun baru diketahui bertahun-tahun kemudian.
Diagnosa sindrom Gilbert seringkali diketahui secara kebetulan, seperti ketika sedang melakukan tes darah kemudian pemeriksaan menunjukkan kadar bilirubin meningkat.
Sindrom Gilbert biasanya tidak memerlukan pengobatan dan tidak menimbulkan komplikasi serius. Sindrom Gilbert juga dikenal sebagai disfungsi hati konstitusional, bilirubinemia konjugasi jinak dan familial nonhemolytic jaundice.
Gejala
Penderita mungkin mengalami:
- Kulit dan bagian putih mata berwarna agak kekuningan (sakit kuning)
- Nyeri perut
- Merasa lemah atau lemas
Sindrom Gilbert disebabkan oleh gen abnormal diwarisi dari orang tua yang berfungsi mengontrol enzim pemecah bilirubin dalam hati. Akibatnya, jumlah bilirubin meningkat dalam darah.
Bagaimana tubuh normalnya memproses bilirubin
Bilirubin merupakan pigmen kekuningan yang dibuat ketika tubuh dari sel darah merah rusak. Bilirubin berjalan melalui aliran darah ke dalam hati. Biasanya enzim dalam sel-sel hati memecah bilirubin dan melenyapkannya dari aliran darah.
Bilirubin lewat dari hati ke usus melalui empedu, kemudian diekskresikan dalam tinja. Sejumlah kecil bilirubin tetap berada dalam darah.
Perawatan dan obat-obatan
Sindrom Gilbert umumnya tidak memerlukan pengobatan. Tingkat bilirubin dalam darah dapat berfluktuasi dari waktu ke waktu dan mungkin sesekali mengalami sakit kuning. Tapi ini biasanya hilang dengan sendirinya dan tidak memerlukan pengobatan.
Sumber: mayoClinic
Hiperkalsemia, Tingginya Kadar Kalsium Dalam Darah
Hiperkalsemia adalah kondisi di mana tingkat kalsium dalam darah di atas normal. Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan tulang, dan memainkan peran penting dalam kontraksi otot, memastikan bahwa saraf dan fungsi otak tetap baik, dan melepaskan hormon. Namun, proses ini dapat dipengaruhi oleh kadar kalsium yang terlalu tinggi.
Tanda dan gejala hiperkalsemia bisa tidak ada atau bahkan dengan gejala yang berat. Pengobatan hiperkalsemia didasarkan pada penyebabnya.
Penyebab
Kerja berlebihan dari satu atau lebih kelenjar paratiroid yang mengatur kalsium adalah penyebab utama dari hiperkalsemia. Kelenjar paratiroid yang terlalu aktif biasanya menyebabkan wanita pasca menopause mengalami hiperkalsemia. Penggunaan yang berlebihan suplemen kalsium dan vitamin D, gangguan medis tertentu, kanker dan beberapa obat-obatan juga dapat menyebabkan hiperkalsemia.
Kalsium terutama disimpan dalam tulang tetapi juga ada yang tersimpan dalam sel-sel tertentu, terutama di darah dan otot. Susu, keju dan sayuran berdaun hijau mengandung kalsium dan tubuh biasanya menjaga tingkat normal kalsium dalam darah dengan cara membuang kalsium dalam urin.
Gejala
Tanda dan gejala hiperkalsemia bisa tidak ada atau bahkan dengan gejala yang berat.
Beberapa gejala berat dari hiperkalsemia, antara lain:
1. Haus yang berlebihan
2. Nyeri perut
3. Kelesuan dan kelelahan
4. Sering buang air kecil
5. Mual dan muntah
6. Kelemahan otot
7. Kehilangan nafsu makan
8. Nyeri otot dan sendi
9. Kebingungan
10. Sembelit
Tingkat keparahan tanda dan gejala biasanya tidak ada hubungannya dengan jumlah kelebihan kalsium dalam darah seseorang. Misalnya, nyeri dan kelemahan otot umum pada lansia.
Pada kasus seseorang mengalami tanda dan gejala yang mungkin mengindikasikan hiperkalsemia seperti sering buang air kecil, nyeri perut dan haus yang berlebihan, harus menghubungi dokter.
Pengobatan
Untuk mengurangi kalsium hingga tingkat yang aman dan melindungi ginjal serta tulang, pasien tersebut mungkin perlu dirawat di rumah sakit jika menderita hiperkalsemia yang parah.
Pada kasus ini, pengobatan untuk hiperkalsemia dapat mencakup:
1. Bifosfonat intravena
Obat-obat ini digunakan untuk menghambat kerusakan tulang. Contohnya adalah kelompok obat yang mencakup zolendronate dan pamidronat.
2. Cairan intravena
Cairan intravena akan diberikan untuk rehidrasi pasien.
3. Loop diuretic medications
Obat-obat ini digunakan untuk membantu membuang kelebihan kalsium dari sistem metabolisme pasien dan menjaga fungsi ginjal. Salah satu contoh adalah furosemid.
4. Glukokortikoid (kortikosteroid)
Kortikosteroid digunakan untuk membantu mengatasi pengaruh dari vitamin D yang terlalu banyak dalam darah yang disebabkan oleh hiperkalsemia.
5. Kalsitonin
Hormon ini dapat mengurangi reabsorpsi tulang dan memperlambat hilangnya tulang, diproduksi oleh kelenjar tiroid.
6. Hemodialisis
Pada kasus pasien dengan gangguan ginjal dan tidak bereaksi pada pengobatan lain, hemodialisis akan digunakan untuk membuang sampah dan kelebihan kalsium dari darah.
Sumber: Epharmapedia
READ MORE
Tanda dan gejala hiperkalsemia bisa tidak ada atau bahkan dengan gejala yang berat. Pengobatan hiperkalsemia didasarkan pada penyebabnya.
Penyebab
Kerja berlebihan dari satu atau lebih kelenjar paratiroid yang mengatur kalsium adalah penyebab utama dari hiperkalsemia. Kelenjar paratiroid yang terlalu aktif biasanya menyebabkan wanita pasca menopause mengalami hiperkalsemia. Penggunaan yang berlebihan suplemen kalsium dan vitamin D, gangguan medis tertentu, kanker dan beberapa obat-obatan juga dapat menyebabkan hiperkalsemia.
Kalsium terutama disimpan dalam tulang tetapi juga ada yang tersimpan dalam sel-sel tertentu, terutama di darah dan otot. Susu, keju dan sayuran berdaun hijau mengandung kalsium dan tubuh biasanya menjaga tingkat normal kalsium dalam darah dengan cara membuang kalsium dalam urin.
Gejala
Tanda dan gejala hiperkalsemia bisa tidak ada atau bahkan dengan gejala yang berat.
Beberapa gejala berat dari hiperkalsemia, antara lain:
1. Haus yang berlebihan
2. Nyeri perut
3. Kelesuan dan kelelahan
4. Sering buang air kecil
5. Mual dan muntah
6. Kelemahan otot
7. Kehilangan nafsu makan
8. Nyeri otot dan sendi
9. Kebingungan
10. Sembelit
Tingkat keparahan tanda dan gejala biasanya tidak ada hubungannya dengan jumlah kelebihan kalsium dalam darah seseorang. Misalnya, nyeri dan kelemahan otot umum pada lansia.
Pada kasus seseorang mengalami tanda dan gejala yang mungkin mengindikasikan hiperkalsemia seperti sering buang air kecil, nyeri perut dan haus yang berlebihan, harus menghubungi dokter.
Pengobatan
Untuk mengurangi kalsium hingga tingkat yang aman dan melindungi ginjal serta tulang, pasien tersebut mungkin perlu dirawat di rumah sakit jika menderita hiperkalsemia yang parah.
Pada kasus ini, pengobatan untuk hiperkalsemia dapat mencakup:
1. Bifosfonat intravena
Obat-obat ini digunakan untuk menghambat kerusakan tulang. Contohnya adalah kelompok obat yang mencakup zolendronate dan pamidronat.
2. Cairan intravena
Cairan intravena akan diberikan untuk rehidrasi pasien.
3. Loop diuretic medications
Obat-obat ini digunakan untuk membantu membuang kelebihan kalsium dari sistem metabolisme pasien dan menjaga fungsi ginjal. Salah satu contoh adalah furosemid.
4. Glukokortikoid (kortikosteroid)
Kortikosteroid digunakan untuk membantu mengatasi pengaruh dari vitamin D yang terlalu banyak dalam darah yang disebabkan oleh hiperkalsemia.
5. Kalsitonin
Hormon ini dapat mengurangi reabsorpsi tulang dan memperlambat hilangnya tulang, diproduksi oleh kelenjar tiroid.
6. Hemodialisis
Pada kasus pasien dengan gangguan ginjal dan tidak bereaksi pada pengobatan lain, hemodialisis akan digunakan untuk membuang sampah dan kelebihan kalsium dari darah.
Sumber: Epharmapedia
Geographic Tongue, Permukaan Lidah Seperti Gambar Kepulauan
Geographic Tongue (Lidah geografik) adalah suatu kondisi kelainan yang terdapat pada permukaan lidah. Lidah biasanya ditutupi oleh papila tipis dan berwarna merah muda keputih-putihan yang menyerupai gambaran pulau-pulau.
Gambaran pulau-pulau yang muncul pada permukaan lidah dapat hilang dan muncul sebagai papila halus, merah, dan sering dengan batas sedikit terangkat. Gambaran pulau-pulau tersebut seringkali juga berpindah-pindah dan berubah-ubah.
Dengan gambaran klinis pada lidah geografis yang menyerupai pulau-pulau tersebut, sehingga secara keseluruhan pada permukaan lidah mempunyai gambaran seperti peta. Kondisi tersebut sering sembuh dalam satu area dan kemudian pindah (migrasi) ke bagian lain pada permukaan lidah.
Lidah geografik juga biasa disebut sebagai benign migratory glossitis.
Meskipun lidah geografik mungkin terlihat mengkhawatirkan, hal itu tidak menyebabkan masalah kesehatan dan tidak berhubungan dengan infeksi atau kanker. Lidah geografik kadang-kadang dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada lidah dan meningkatkan sensitivitas pada zat tertentu.
Penyebab
Penyebab lidah geografik tidak diketahui, dan tidak ada cara untuk mencegah kondisi tersebut. Kondisi lidah geografik pada permukaan lidah kemungkinan merupakan hasil dari aktivitas jenis tertentu dari sel darah putih yang biasanya menginduksi peradangan pada area penyakit atau cedera. Hal ini dikaitkan dengan kesalahan sistem kekebalan tubuh, namun belum diketahui dengan pasti.
Beberapa orang dengan lidah geografik memiliki riwayat keluarga dengan kondisi yang sama. Oleh karena itu, genetika mungkin menjadi faktor dalam beberapa kasus.
Gejala
Tanda dan gejala lidah geografik, antara lain:
1. Permukaan lidah dan samping lidah halus kemerahan dengan pola yang tidak teratur.
2. Sering terjadi perubahan lokasi, ukuran dan bentuk dari pola tersebut.
3. Ketidaknyamanan, rasa sakit atau sensasi terbakar dalam beberapa kasus, paling sering berhubungan dengan makanan panas, makanan pedas, asin atau asam.
Lidah geografik dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Kondisi tersebut dapat menghilang dengan sendirinya, namun dapat muncul lagi sewaktu-waktu.
Pengobatan
Lidah georafik biasanya tidak membutuhkan pengobatan secara khusus. Meskipun lidah geografik kadang-kadang dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada lidah, namun kondisi tersebut tidak membahayakan.
Dokter mungkin akan meresepkan obat untuk mengelola ketidaknyamanan atau sensitivitas yang merupakan pengobatan simptomatik (pengobatan untuk gejala), antara lain:
1. Obat penghilang nyeri (analgesik) yang dijual bebas
2. Larutan kumur dengan anestesi (obat bius)
3. Larutan kumur yang mengandung antihistamin
4. Salep atau larutan kumur kortikosteroid
Karena kondisi dapat sembuh dengan sendirinya, mungkin lidah geografik tidak benar-benar memerlukan pengobatan simptomatik (pengobatan untuk gejala).
Sumber: MayoClinic
READ MORE
Gambaran pulau-pulau yang muncul pada permukaan lidah dapat hilang dan muncul sebagai papila halus, merah, dan sering dengan batas sedikit terangkat. Gambaran pulau-pulau tersebut seringkali juga berpindah-pindah dan berubah-ubah.
Dengan gambaran klinis pada lidah geografis yang menyerupai pulau-pulau tersebut, sehingga secara keseluruhan pada permukaan lidah mempunyai gambaran seperti peta. Kondisi tersebut sering sembuh dalam satu area dan kemudian pindah (migrasi) ke bagian lain pada permukaan lidah.
Lidah geografik juga biasa disebut sebagai benign migratory glossitis.
Meskipun lidah geografik mungkin terlihat mengkhawatirkan, hal itu tidak menyebabkan masalah kesehatan dan tidak berhubungan dengan infeksi atau kanker. Lidah geografik kadang-kadang dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada lidah dan meningkatkan sensitivitas pada zat tertentu.
Penyebab
Penyebab lidah geografik tidak diketahui, dan tidak ada cara untuk mencegah kondisi tersebut. Kondisi lidah geografik pada permukaan lidah kemungkinan merupakan hasil dari aktivitas jenis tertentu dari sel darah putih yang biasanya menginduksi peradangan pada area penyakit atau cedera. Hal ini dikaitkan dengan kesalahan sistem kekebalan tubuh, namun belum diketahui dengan pasti.
Beberapa orang dengan lidah geografik memiliki riwayat keluarga dengan kondisi yang sama. Oleh karena itu, genetika mungkin menjadi faktor dalam beberapa kasus.
Gejala
Tanda dan gejala lidah geografik, antara lain:
1. Permukaan lidah dan samping lidah halus kemerahan dengan pola yang tidak teratur.
2. Sering terjadi perubahan lokasi, ukuran dan bentuk dari pola tersebut.
3. Ketidaknyamanan, rasa sakit atau sensasi terbakar dalam beberapa kasus, paling sering berhubungan dengan makanan panas, makanan pedas, asin atau asam.
Lidah geografik dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Kondisi tersebut dapat menghilang dengan sendirinya, namun dapat muncul lagi sewaktu-waktu.
Pengobatan
Lidah georafik biasanya tidak membutuhkan pengobatan secara khusus. Meskipun lidah geografik kadang-kadang dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada lidah, namun kondisi tersebut tidak membahayakan.
Dokter mungkin akan meresepkan obat untuk mengelola ketidaknyamanan atau sensitivitas yang merupakan pengobatan simptomatik (pengobatan untuk gejala), antara lain:
1. Obat penghilang nyeri (analgesik) yang dijual bebas
2. Larutan kumur dengan anestesi (obat bius)
3. Larutan kumur yang mengandung antihistamin
4. Salep atau larutan kumur kortikosteroid
Karena kondisi dapat sembuh dengan sendirinya, mungkin lidah geografik tidak benar-benar memerlukan pengobatan simptomatik (pengobatan untuk gejala).
Sumber: MayoClinic
Interstitial Cystitis, Sindrom Nyeri di Kandung Kemih
Interstitial Cystitis adalah suatu kondisi kronis yang ditandai oleh kombinasi nyeri kandung kemih dan kadang-kadang nyeri di panggul. Nyeri yang dirasakan bisa berkisar dari rasa terbakar yang ringan hingga rasa sakit yang parah.
Interstitial Cystitis juga disebut sindrom nyeri kandung kemih dan paling banyak menyerang perempuan. Interstitial Cystitis dapat memiliki efek jangka panjang yang merugikan kualitas hidup.
Gejala
Tanda-tanda dan gejala Interstitial Cystitis bervariasi dari orang ke orang. Gejala Interstitial Cystitis meliputi:
1. Nyeri pada pinggul atau antara vagina dan anus pada wanita atau antara skrotum dan anus pada pria.
2. Nyeri panggul kronis.
3. Sering buang air kecil namun dalam jumlah kecil dan berlangung sepanjang hari dan malam. Pada kasus yang parah bahkan dapat buang air kecil 60 kali sehari.
4. Nyeri selama hubungan seksual.
Gejala Interstitial Cystitis mirip dengan infeksi saluran kemih kronis, namun urine tidak mengandung dari bakteri. Memburuknya gejala dapat terjadi jika penderita Interstitial Cystitis mengalami infeksi saluran kemih.
Penyebab
Kandung kemih adalah organ tubuh terbentuk dari otot berongga, berbentuk seperti balon dan berfungsi menyimpan urine sampai siap untuk dikosongkan. Pada orang dewasa, kandung kemih mengembang sampai penuh dan kemudian memberikan sinyal ke otak jika sudah waktunya buang air kecil.
Sinyal tersebut dikomunikasikan melalui saraf panggul. Pada Interstitial Cystitis, sinyal-sinyal saraf terganggu sehingga penderita merasa perlu buang air kecil lebih sering dan dengan volume yang lebih kecil dari biasanya.
Ada kemungkinan bahwa banyak penderita Interstitial Cystitis juga memiliki cacat pada lapisan pelindung (epitel) kandung kemih mereka. Suatu kebocoran di epitel memungkinkan zat-zat beracun di dalam urin mengiritasi dinding kandung kemih.
Perawatan dan obat-obatan
A. Obat oral yang dapat meringankan gejala Interstitial Cystitis meliputi:
1. Ibuprofen (Advil, Motrin, others), naproxen (Aleve, Anaprox) dan obat anti radang nonsteroid, untuk menghilangkan rasa sakit.
2. Antidepresan trisiklik seperti amitriptyline atau imipramine (Tofranil), untuk membantu mengendurkan kandung kemih dan nyeri blok.
3. Antihistamin seperti diphenhydramine (Benadryl, lainnya) dan loratadine (Claritin, orang lain), untuk dapat mengurangi rasa sering ingin kencing dan meringankan gejala lainnya.
4. Pentosan (Elmiron), obat oral yang telah untuk mengobati Interstitial Cystitis. Obat Ini mungkin memakan waktu hingga enam bulan untuk menurunkan frekuensi kencing. Efek sampingnya termasuk gangguan pencernaan ringan dan rambut rontok yang akan membaik ketika berhenti minum obat. Obat ini belum diteliti pada wanita hamil.
B. Perangsangan saraf
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) menggunakan tegangan listrik ringan untuk menghilangkan rasa sakit panggul dan mengurangi frekuensi kencing. Kabel listrik ditempatkan di bawah punggung atau tepat di atas daerah kemaluan.
Tegangan listrik diberikan selama beberapa menit atau jam, dua kali atau lebih sehari. Dalam beberapa kasus, perangkat TENS dapat dimasukkan ke dalam vagina wanita atau dubur pria.
Para ilmuwan percaya bahwa TENS dapat menghilangkan rasa sakit dan frekuensi kencing yang terkait dengan Interstitial Cystitis dengan meningkatkan aliran darah ke kandung kemih, memperkuat otot-otot yang membantu mengontrol kandung kemih atau memicu pelepasan zat yang nyeri blok.
Pengobatan lain yang mungkin adalah merangsang saraf sakral. Modulasi pada saraf sakral (jalur utama antara saraf tulang belakang dan saraf di kandung kemih) dapat mengurangi perasaan ingin segera kencing.
Metodenya yaitu kawat tipis ditempatkan di dekat saraf sakral dan memberikan impuls listrik ke kandung kemih, mirip dengan alat pacu jantung. Jika prosedurnya berhasil mengurangi gejala, perangkat yang permanen bisa ditanamkan lewat operasi.
C. Menggembungkan kandung kemih
Caranya dengan peregangan kandung kemih menggunakan air atau gas. Prosedur dapat dipakai sebagai pengobatan jika responnya bertahan lama.
D. Obat yang ditanamkan ke dalam kandung kemih
Sulfoxide dimetil atau DMSO, (Rimso-50) ditempatkan ke dalam kandung kemih melalui tabung tipis fleksibel (kateter) dan dimasukkan melalui uretra. Larutannya kadang-kadang dicampur dengan obat lain seperti anestesi lokal.
Setelah berada di kandung kemih selama 15 menit, larutannya dikeluarkan melalui buang air kecil. Cara ini dapat mengurangi peradangan dan mencegah kontraksi otot yang menyebabkan gejala Interstitial Cystitis.
Pengobatan baru dengan menyuntik kandung kemih menggunakan larutan yang mengandung campuran obat: lidokain, natrium bikarbonat dan pentosan atau heparin dapat digunakan untuk mengurangi gejala.
E. Operasi
Dokter jarang menggunakan operasi sebagai pengobatan Interstitial Cystitis karena pengangkatan sebagian atau seluruh kandung kemih tidak menghilangkan rasa sakit dan dapat menyebabkan komplikasi lain. Operasi biasanya dilakukan hanya setelah pengobatan lain gagal.
Pilihannya meliputi:
1. Augmentasi kandung kemih. Menghilangkan bagian yang rusak dari kandung kemih dan menggantinya dengan potongan usus besar. Operasi ini masih menyisakan sedikit gejala rasa sakit dan beberapa orang masih perlu mengosongkan kandung kemih dengan kateter beberapa kali sehari.
2. Fulguration. Penyisipan instrumen melalui uretra untuk membakar borok yang mungkin muncul akibat Interstitial Cystitis.
3. Reseksi. Penyisipan instrumen melalui uretra untuk memotong borok.
Sumber: MayoClinic
READ MORE
Interstitial Cystitis juga disebut sindrom nyeri kandung kemih dan paling banyak menyerang perempuan. Interstitial Cystitis dapat memiliki efek jangka panjang yang merugikan kualitas hidup.
Gejala
Tanda-tanda dan gejala Interstitial Cystitis bervariasi dari orang ke orang. Gejala Interstitial Cystitis meliputi:
1. Nyeri pada pinggul atau antara vagina dan anus pada wanita atau antara skrotum dan anus pada pria.
2. Nyeri panggul kronis.
3. Sering buang air kecil namun dalam jumlah kecil dan berlangung sepanjang hari dan malam. Pada kasus yang parah bahkan dapat buang air kecil 60 kali sehari.
4. Nyeri selama hubungan seksual.
Gejala Interstitial Cystitis mirip dengan infeksi saluran kemih kronis, namun urine tidak mengandung dari bakteri. Memburuknya gejala dapat terjadi jika penderita Interstitial Cystitis mengalami infeksi saluran kemih.
Penyebab
Kandung kemih adalah organ tubuh terbentuk dari otot berongga, berbentuk seperti balon dan berfungsi menyimpan urine sampai siap untuk dikosongkan. Pada orang dewasa, kandung kemih mengembang sampai penuh dan kemudian memberikan sinyal ke otak jika sudah waktunya buang air kecil.
Sinyal tersebut dikomunikasikan melalui saraf panggul. Pada Interstitial Cystitis, sinyal-sinyal saraf terganggu sehingga penderita merasa perlu buang air kecil lebih sering dan dengan volume yang lebih kecil dari biasanya.
Ada kemungkinan bahwa banyak penderita Interstitial Cystitis juga memiliki cacat pada lapisan pelindung (epitel) kandung kemih mereka. Suatu kebocoran di epitel memungkinkan zat-zat beracun di dalam urin mengiritasi dinding kandung kemih.
Perawatan dan obat-obatan
A. Obat oral yang dapat meringankan gejala Interstitial Cystitis meliputi:
1. Ibuprofen (Advil, Motrin, others), naproxen (Aleve, Anaprox) dan obat anti radang nonsteroid, untuk menghilangkan rasa sakit.
2. Antidepresan trisiklik seperti amitriptyline atau imipramine (Tofranil), untuk membantu mengendurkan kandung kemih dan nyeri blok.
3. Antihistamin seperti diphenhydramine (Benadryl, lainnya) dan loratadine (Claritin, orang lain), untuk dapat mengurangi rasa sering ingin kencing dan meringankan gejala lainnya.
4. Pentosan (Elmiron), obat oral yang telah untuk mengobati Interstitial Cystitis. Obat Ini mungkin memakan waktu hingga enam bulan untuk menurunkan frekuensi kencing. Efek sampingnya termasuk gangguan pencernaan ringan dan rambut rontok yang akan membaik ketika berhenti minum obat. Obat ini belum diteliti pada wanita hamil.
B. Perangsangan saraf
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) menggunakan tegangan listrik ringan untuk menghilangkan rasa sakit panggul dan mengurangi frekuensi kencing. Kabel listrik ditempatkan di bawah punggung atau tepat di atas daerah kemaluan.
Tegangan listrik diberikan selama beberapa menit atau jam, dua kali atau lebih sehari. Dalam beberapa kasus, perangkat TENS dapat dimasukkan ke dalam vagina wanita atau dubur pria.
Para ilmuwan percaya bahwa TENS dapat menghilangkan rasa sakit dan frekuensi kencing yang terkait dengan Interstitial Cystitis dengan meningkatkan aliran darah ke kandung kemih, memperkuat otot-otot yang membantu mengontrol kandung kemih atau memicu pelepasan zat yang nyeri blok.
Pengobatan lain yang mungkin adalah merangsang saraf sakral. Modulasi pada saraf sakral (jalur utama antara saraf tulang belakang dan saraf di kandung kemih) dapat mengurangi perasaan ingin segera kencing.
Metodenya yaitu kawat tipis ditempatkan di dekat saraf sakral dan memberikan impuls listrik ke kandung kemih, mirip dengan alat pacu jantung. Jika prosedurnya berhasil mengurangi gejala, perangkat yang permanen bisa ditanamkan lewat operasi.
C. Menggembungkan kandung kemih
Caranya dengan peregangan kandung kemih menggunakan air atau gas. Prosedur dapat dipakai sebagai pengobatan jika responnya bertahan lama.
D. Obat yang ditanamkan ke dalam kandung kemih
Sulfoxide dimetil atau DMSO, (Rimso-50) ditempatkan ke dalam kandung kemih melalui tabung tipis fleksibel (kateter) dan dimasukkan melalui uretra. Larutannya kadang-kadang dicampur dengan obat lain seperti anestesi lokal.
Setelah berada di kandung kemih selama 15 menit, larutannya dikeluarkan melalui buang air kecil. Cara ini dapat mengurangi peradangan dan mencegah kontraksi otot yang menyebabkan gejala Interstitial Cystitis.
Pengobatan baru dengan menyuntik kandung kemih menggunakan larutan yang mengandung campuran obat: lidokain, natrium bikarbonat dan pentosan atau heparin dapat digunakan untuk mengurangi gejala.
E. Operasi
Dokter jarang menggunakan operasi sebagai pengobatan Interstitial Cystitis karena pengangkatan sebagian atau seluruh kandung kemih tidak menghilangkan rasa sakit dan dapat menyebabkan komplikasi lain. Operasi biasanya dilakukan hanya setelah pengobatan lain gagal.
Pilihannya meliputi:
1. Augmentasi kandung kemih. Menghilangkan bagian yang rusak dari kandung kemih dan menggantinya dengan potongan usus besar. Operasi ini masih menyisakan sedikit gejala rasa sakit dan beberapa orang masih perlu mengosongkan kandung kemih dengan kateter beberapa kali sehari.
2. Fulguration. Penyisipan instrumen melalui uretra untuk membakar borok yang mungkin muncul akibat Interstitial Cystitis.
3. Reseksi. Penyisipan instrumen melalui uretra untuk memotong borok.
Sumber: MayoClinic
Tendinitis Achilles, Cedera Saat Berolahraga
Achilles Tendinitis adalah peradangan pada tendon Achilles, jaringan ikat yang menghubungkan otot betis di kaki bawah bagian belakang ke tulang tumit. Tendinitis Achilles sering mengalami cedera akibat berjalan atau terkait olahraga lainnya cedera akibat, latihan intens berlebihan, melompat atau kegiatan lain yang meregangkan tendon dan otot betis.
Kebanyakan kasus Achilles tendonitis dapat diobati secara sederhana di rumah dengan pengawasan dokter. Perawatan selanjutnya diperlukan untuk mencegah kejadian terulang lagi.
Kasus yang lebih serius dari Achilles tendinitis dapat menyebabkan tendon achilles pecah dan dapat memerlukan pembedahan untuk memperbaiki jaringan yang rusak
Gejala
Tanda paling umum Achilles Tendinitis adalah nyeri secara bertahap dan memburuk dari waktu ke waktu.
Tanda dan gejalanya meliputi:
1. Sakit atau nyeri ringan di bagian belakang kaki dan di atas tumit setelah aktivitas olahraga, berjalan atau lainnya
2. Muncul rasa sakit yang lebih parah dan berkepanjangan ketika memanjat atau melakukan latihan intens seperti berlari
3. Kaku otot, terutama di pagi hari namun membaik dengan aktivitas ringan
4. Pembengkakan ringan atau benjolan pada tendon Achilles
5. Suara berderak atau berderit ketika menyentuh atau mengegerakkan tendon Achilles
6. Lemahan pada kaki bagian bawah
Penyebab
Sejumlah faktor dapat berkontribusi terhadap terjadinya Achilles tendonitis:
1. Peningkatan atau kecepatan berjalan dengan tiba-tiba
2. Berjalan atau naik tangga secara intens atau belum pernah dilakukan sebelumnya
3. Olahraga dengan melompat atau yang dimulai secara tiba-tiba kemudian berhenti seperti basket atau tenis
4. Berolahraga tanpa pemanasan
5. Latihan intensif yang dilakukan setelah lama tidak berolahraga secara teratur
6. Kurangnya fleksibilitas otot betis
7. Berjalan di atas permukaan yang tidak rata atau keras
8. Mengenakan sepatu yang aus atau tidak tepat
9. Berjalan pada permukaan yang melengkung sehingga tendon achilles menumpu beban tubuh secara berlebih
10. Variasi lain pada anatomi kaki, pergelangan kaki atau kaki yang dapat memberikan tekanan ekstra pada tendon
11. Trauma atau cedera tendon
Perawatan dan obat-obatan
Tendinitis biasanya diobati dengan cara sederhana. Namun pengobatan yang sukses membutuhkan kesabaran dan kepatuhan terhadap pedoman pengobatan.
Dokter mungkin merekomendasikan kombinasi pengobatan, meliputi:
A. Strategi perawatan diri
1. Istirahat, penting untuk penyembuhan jaringan. Lamanya tergantung pada tingkat keparahan gejala.
2. Es, untuk mengurangi nyeri atau pembengkakan. Berikan kompres es pada tendon sekitar 15 menit setelah berolahraga atau ketika mengalami sakit.
3. Penekanan, menggunakan perban elastis untuk menekan tendon achilles dapat membantu mengurangi pembengkakan dan mengurangi gerakan tendon.
4. Ketinggian. Kaki yang cedera ditinggikan ketika tidur pada malam hari.
B. Obat nyeri
Dokter mungkin merekomendasikan resep obat anti-inflamasi seperti ibuprofen (Advil, Motrin, others) atau naproxen (Aleve, orang lain) untuk mengurangi peradangan dan mengurangi rasa sakit.
C. Peregangan dan olahraga
Peregangan dan olahraga yang tepat dapat meningkatkan penyembuhan dan mencegah penyakit terulang kembali. Dokter dapat menunjukkan teknik yang tepat atau merujuk kepada ahli terapi fisik atau spesialis kedokteran olahraga.
Teknik ini meliputi:
1. Peregangan dengan lutut lurus. Bersandar di dinding dengan lutut lurus dan tumit di lantai untuk meregangkan bagian atas otot betis.
2. Peregangan dengan lutut ditekuk. Tempatkan kaki depan kemudian lenturkan lutut dan pergelangan kaki dengan tumit datar di lantai untuk meregangkan bagian bawah otot betis.
3. Melatih otot-otot betis. Betis yang kuat dapat membantu menguatkan tendon dan mengobati tendon Achilles. Satu contoh jenis latihannya adalah latihan mengangkat dan menurunkan tubuh dengan bertumpu di atas ujung kaki.
Perawatan lain
Perawatan tambahan mungkin termasuk yang berikut:
1. Perangkat orthotic untuk melindungi atau mengubah posisi kaki dan pergelangan kaki untuk mempercepat penyembuhan. Memasukkan ganjal di dalam sepatu untuk sedikit mengangkat tumit dapat meredakan ketegangan dan mengurangi jumlah gaya yang bekerja pada tendon.
2. Suntikan kortikosteroid dapat digunakan dengan hati-hati untuk mengurangi peradangan di sekitar tendon yang telah kronis, terutama ketika peradangan hampir menuju tahap pecah tendon
3. Suntikan platelet rich plasma (PRP) adalah pengobatan yang relatif baru untuk mengobati masalah tendon kronis. Caranya yaitu dengan menyuntik plasma darah sendiri berisi faktor-faktor pemercepat penyembuhan di lokasi tendon yang meradang.
4. Pembedahan untuk memperbaiki jaringan rusak dan meningkatkan fungsi tendon dilakukan hanya ketika pengobatan konservatif tidak menunjukkan hasil atau menyebabkan gejala semakin parah.
Pencegahan
1. Meningkatkan aktivitas secara bertahap. Jika baru memulai sebuah latihan, mulailah perlahan-lahan dan secara bertahap meningkatkan durasi dan intensitas latihan.
2. Hindari kegiatan yang memberikan tekanan berlebih pada tendon, seperti berjalan menyusuri bukit. Jika berpartisipasi dalam aktivitas berat, lakukan pemanasan lebih dahulu. Jika merasakan nyeri selama latihan, berhentilah dan beristirahat.
3. Pilihlah sepatu dengan hati-hati. Sepatu yang dikenakan saat berolahraga harus memiliki bantalan yang memadai pada tumit dan harus memiliki kelengkungan yang kuat untuk membantu mengurangi ketegangan di tendon.
4. Lakukan peregangan setiap hari. Luangkan waktu untuk meregangkan otot betis dan tendon Achilles di pagi hari, sebelum latihan dan setelah latihan untuk mempertahankan fleksibilitas.
5. Memperkuat otot betis. Otot betis yang kuat memungkinkan betis dan tendon Achilles mampu menahan tekanan ketika beraktivitas dan berolahraga.
6. Ganti kegiatan yang berresiko tinggi seperti berlari dan melompat, dengan kegiatan yang berresiko rendah seperti bersepeda dan berenang.
Sumber: MayoClinic
READ MORE
Kebanyakan kasus Achilles tendonitis dapat diobati secara sederhana di rumah dengan pengawasan dokter. Perawatan selanjutnya diperlukan untuk mencegah kejadian terulang lagi.
Kasus yang lebih serius dari Achilles tendinitis dapat menyebabkan tendon achilles pecah dan dapat memerlukan pembedahan untuk memperbaiki jaringan yang rusak
Gejala
Tanda paling umum Achilles Tendinitis adalah nyeri secara bertahap dan memburuk dari waktu ke waktu.
Tanda dan gejalanya meliputi:
1. Sakit atau nyeri ringan di bagian belakang kaki dan di atas tumit setelah aktivitas olahraga, berjalan atau lainnya
2. Muncul rasa sakit yang lebih parah dan berkepanjangan ketika memanjat atau melakukan latihan intens seperti berlari
3. Kaku otot, terutama di pagi hari namun membaik dengan aktivitas ringan
4. Pembengkakan ringan atau benjolan pada tendon Achilles
5. Suara berderak atau berderit ketika menyentuh atau mengegerakkan tendon Achilles
6. Lemahan pada kaki bagian bawah
Penyebab
Sejumlah faktor dapat berkontribusi terhadap terjadinya Achilles tendonitis:
1. Peningkatan atau kecepatan berjalan dengan tiba-tiba
2. Berjalan atau naik tangga secara intens atau belum pernah dilakukan sebelumnya
3. Olahraga dengan melompat atau yang dimulai secara tiba-tiba kemudian berhenti seperti basket atau tenis
4. Berolahraga tanpa pemanasan
5. Latihan intensif yang dilakukan setelah lama tidak berolahraga secara teratur
6. Kurangnya fleksibilitas otot betis
7. Berjalan di atas permukaan yang tidak rata atau keras
8. Mengenakan sepatu yang aus atau tidak tepat
9. Berjalan pada permukaan yang melengkung sehingga tendon achilles menumpu beban tubuh secara berlebih
10. Variasi lain pada anatomi kaki, pergelangan kaki atau kaki yang dapat memberikan tekanan ekstra pada tendon
11. Trauma atau cedera tendon
Perawatan dan obat-obatan
Tendinitis biasanya diobati dengan cara sederhana. Namun pengobatan yang sukses membutuhkan kesabaran dan kepatuhan terhadap pedoman pengobatan.
Dokter mungkin merekomendasikan kombinasi pengobatan, meliputi:
A. Strategi perawatan diri
1. Istirahat, penting untuk penyembuhan jaringan. Lamanya tergantung pada tingkat keparahan gejala.
2. Es, untuk mengurangi nyeri atau pembengkakan. Berikan kompres es pada tendon sekitar 15 menit setelah berolahraga atau ketika mengalami sakit.
3. Penekanan, menggunakan perban elastis untuk menekan tendon achilles dapat membantu mengurangi pembengkakan dan mengurangi gerakan tendon.
4. Ketinggian. Kaki yang cedera ditinggikan ketika tidur pada malam hari.
B. Obat nyeri
Dokter mungkin merekomendasikan resep obat anti-inflamasi seperti ibuprofen (Advil, Motrin, others) atau naproxen (Aleve, orang lain) untuk mengurangi peradangan dan mengurangi rasa sakit.
C. Peregangan dan olahraga
Peregangan dan olahraga yang tepat dapat meningkatkan penyembuhan dan mencegah penyakit terulang kembali. Dokter dapat menunjukkan teknik yang tepat atau merujuk kepada ahli terapi fisik atau spesialis kedokteran olahraga.
Teknik ini meliputi:
1. Peregangan dengan lutut lurus. Bersandar di dinding dengan lutut lurus dan tumit di lantai untuk meregangkan bagian atas otot betis.
2. Peregangan dengan lutut ditekuk. Tempatkan kaki depan kemudian lenturkan lutut dan pergelangan kaki dengan tumit datar di lantai untuk meregangkan bagian bawah otot betis.
3. Melatih otot-otot betis. Betis yang kuat dapat membantu menguatkan tendon dan mengobati tendon Achilles. Satu contoh jenis latihannya adalah latihan mengangkat dan menurunkan tubuh dengan bertumpu di atas ujung kaki.
Perawatan lain
Perawatan tambahan mungkin termasuk yang berikut:
1. Perangkat orthotic untuk melindungi atau mengubah posisi kaki dan pergelangan kaki untuk mempercepat penyembuhan. Memasukkan ganjal di dalam sepatu untuk sedikit mengangkat tumit dapat meredakan ketegangan dan mengurangi jumlah gaya yang bekerja pada tendon.
2. Suntikan kortikosteroid dapat digunakan dengan hati-hati untuk mengurangi peradangan di sekitar tendon yang telah kronis, terutama ketika peradangan hampir menuju tahap pecah tendon
3. Suntikan platelet rich plasma (PRP) adalah pengobatan yang relatif baru untuk mengobati masalah tendon kronis. Caranya yaitu dengan menyuntik plasma darah sendiri berisi faktor-faktor pemercepat penyembuhan di lokasi tendon yang meradang.
4. Pembedahan untuk memperbaiki jaringan rusak dan meningkatkan fungsi tendon dilakukan hanya ketika pengobatan konservatif tidak menunjukkan hasil atau menyebabkan gejala semakin parah.
Pencegahan
1. Meningkatkan aktivitas secara bertahap. Jika baru memulai sebuah latihan, mulailah perlahan-lahan dan secara bertahap meningkatkan durasi dan intensitas latihan.
2. Hindari kegiatan yang memberikan tekanan berlebih pada tendon, seperti berjalan menyusuri bukit. Jika berpartisipasi dalam aktivitas berat, lakukan pemanasan lebih dahulu. Jika merasakan nyeri selama latihan, berhentilah dan beristirahat.
3. Pilihlah sepatu dengan hati-hati. Sepatu yang dikenakan saat berolahraga harus memiliki bantalan yang memadai pada tumit dan harus memiliki kelengkungan yang kuat untuk membantu mengurangi ketegangan di tendon.
4. Lakukan peregangan setiap hari. Luangkan waktu untuk meregangkan otot betis dan tendon Achilles di pagi hari, sebelum latihan dan setelah latihan untuk mempertahankan fleksibilitas.
5. Memperkuat otot betis. Otot betis yang kuat memungkinkan betis dan tendon Achilles mampu menahan tekanan ketika beraktivitas dan berolahraga.
6. Ganti kegiatan yang berresiko tinggi seperti berlari dan melompat, dengan kegiatan yang berresiko rendah seperti bersepeda dan berenang.
Sumber: MayoClinic